Selasa, 20 Desember 2016

Etika Keilmuwan

Etika Keilmuwan
1.      Beberapa istilah
Etika secara etimologis berasal dari kata ethos yang berarti adat, watak atau susila. Dalam filsafat, etika berbicar tentang tingkah laku atau perbuatan manusia dalam kaitan antara baik dan buruk, dan etika yang dibahas secara ilmiah sama dengan filsafat moral. Baik dan buruk adalah suatu penilaian atas apa yang bisa dilihat dan dirasakan seperti perbuatan, tingkah laku, gerakan-gerakan dan kata-kata. Sedangkan banyak aspek lain menyangkut motif, watak atau suara hati sulit dinilai. Juga terdapat macam-macam pembagian dalam etika yang dapat disimpulkan dalam dua macam yaitu etika deskriptif dan etika normatif. Etika deskriptif hanya melukiskan, menggambarkan, menjelaskan dan menceritakan sesuatu seperti adanya dan tidak memberikan penilaian atau memberikan pedoman bagaimana seharusnya  bertindak. Etika normatif sebaliknya sudah memberikan penilaian baik dan buruk, yang harus dibuat atau tidak. Etika normatif bisa bersifat umum yang harus diikuti, seperti nilai, motivasi suatu perbuatan, suara hati dan lain-lain. Etika normatif khusus berbicara mengenal pelaksanaan prinsip-prinsip umum diatas seperti etika pergaulan, etika dalam peekerjaan, bisnis, dan lain-lain.
Moral berasal dari kata Bahasa laitin mos (G: moris) yang berarti adat atau cara hidup. Etika dan moral memiliki perbedaan mendasar kendati dalam antara keduanya. Moral berhubungan dengan prinsip-prinsip bagaimana orang harus hidup, bertindak atau berbuat, dan semua ini biasanya bersumber dari suatu ketetapan, hukum da peraturan yang mengatur tingkahlaku kita. Sedangkan etika lebih merupakan pemikiran kritis-filosofis yang mendalam tentang moralitas.
Norma pada mulanya berarti alat tukang kayu atau tukang batu berbentuk segitiga sebagai alat mengukur. Kemudian dimengerti sebagai suatu garis pengarah atau peraturan. Misalnya dalam masyarakat terdapat norma umum yaitu norma tingkah laku, moral, dan lain-lain.
Kesusilaan dijelaskan menurut beberapa arti. Leibniz menjelaskan kesusilaan sebagai suatu hasil “menjadi” yang ada dalam jiwa. Aktivitas jiwa ini yang membawa manusia dari nafsu alamiah yang gelap samapi kepada kesadaran kesusilaan yang lengkap. Sebagai akibat dari pandangan ini ialah orang hanya berbicara tentang kehendak baik dan jahat. Namun pengertian kesusilaan ini juga amat berbeda pada berbagai tempat dan kebudayaan, tegantung pada latarbelakang dan lingkunagan social yang mempengaruhi seluruh kehidupan manusia dimana penekanan manusia terhadap nilai amat berbeda.
2.      Persoalan etika ilmu
Penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi selalu mempengaruhi pertimbangan-pertimbangan dari dimensi etis dan ini tentu saja amat berpengaruh pada pengembangan ilmu dan teknologi kedepan. Tanggung jawab etis selalu berhubungan dengan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi itu sendiri. Oleh Karena itu, seorang ilmuan, dalam mengembangkan ilmu dan teknologi harus selalu memperhatikan kodrat manusia, menjaga martabat manusia, ekosistem dan bertanggungjawab terhadap kepentingan generasi mendatang atau kepentingan umum. Benar bahwa tujuan ilmu pengetahuan dan teknologi adalah demi pelayanan eksitensi manusia dan bukannya menghancurkan eksistensi manusia itu.
Tanggung jawab ini juga termasuk berbagai hal yang menjadi sebab atau akibat ilmu pengetahuan dan teknologi itu sendiri, entah pada masa lalu maupun pada masa mendatang. Seorang ilmuwan senantiasa berusaha agar penerapan ilmu dan teknologi itu pelan-pelan membawa kebaikan manusia dan bukannya meruntuhkan manusia itu sendiri. Oleh Karena iti aspek pragmatis dalam penerapan dan pengembangan ilmu dan teknologi perlu dicermati. Seorang ilmuwan Karena itu selalu juga bertanya apakah itu berguna dan bermanfaat bagi kepetingan banyak manusia atau tidak. Karena itu jelas bahwa pengembanagn ilmu pengetahuan dan teknologi entah kearah yang baik atau tidak dalam banyak hal tergantung pada manusia itusendiri.
3.      Sikap ilmiah bagi ilmuan
Ilmu dapat kita mengerti sebagai suatu cara berpikir tertentu mengenai suatu obyek yangb khas dengan pendekatan yang juga khas sehingga menghasilkan kesimpulan berupa pengetahuan ilmiah, dalam arti bahwa sistem dan struktur ilmu itu dapat dipertanggung jawabkan jika secara terbuka. Pengetahuan ilmiah adalah pengetahuan yang berkarakter kritis, rasional, logis, obyektif dan terbuka. Namun suatu masalah lain yang juga penting ialah apakah pengembangan pengetahuan ilmiah itu membawa dampak positif dan baik untuk manusia atau sebaliknya membawa malapetaka dan keburukan bagi manusia. Justru Karena itu penting sekali sikap ilmiah yang harus dimiliki oleh seorang ilmuwan. Dan di sini letak moralitas dari seorang ilmuwan dalam pengembangan ilmu, baik itu menyangkut tanggung jawabnya terhadap tata alamiah, terhadap manusia maupun terhadap yang lain.
Secara garis besar kita temukat beberapa sikap ilmiah yang cocok bagi seseorang ilmuwan sebagai brikut:
1.   Tidak ada rasa pamrih, yaitu suatu sikap yang diarahkan untuk mencapai pengetahuan ilmiah yang obyektif dengan melenyapkan pamrih atau kesenangan pribadi.
2.   Bersikap selektif, agar para ilmuwan mampu membuat seleksi terhadap segala sesuatu yang dihadapi, misalnya menyangkut cara mengambil kesimpulan yang beragam, macam-macam metodologi yang harus dipilih dan lain-lain.
3.   Harus ada rasa percaya yang layak baik terhadap kenyataan maupun terhadap alat-alat indra serta budi.
4.  Adanya sikap yang didasarkan pada suatu kepercayaan dan dengan penuh keyakinan bahwa setiap teori atau pendapat terdahulu telah juga mencapai kepastian.
5. Selalu ada kegiatan rutin bahwa seorang ilmuwan selalu tidak puas dengan hasil penelitiannya sehingga selalu saja ada dorongan untuk riset sebagai aktivitas utama dalam hidupnya.

6. Seorang ilmuwan selalu memiliki sikap etis, dan selalu berkehendak untuk mengembangkan ilmu demi kebahagiaan manusia dan tentu saja demi pembanguanan bangsa dan negara. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar