LOGIKA DALAM BERPIKIR ILMIAH
Logika
berasal dari kata Yunani kuno (logos) yang berarti hasil pertimbangan akal
pikiran yang diutarakan lewat kata dan dinyatakan dalam bahasa. Sebagai ilmu,
logika disebut dengan logike episteme (Latin: logica scientia) atau ilmu logika
(ilmu pengetahuan) yang mempelajari kecakapan untuk berpikir secara lurus,
tepat, dan teratur. Ilmu disini mengacu pada kemampuan rasional untuk
mengetahui dan kecakapan mengacu pada kesanggupan akal budi untuk mewujudkan
pengetahuan ke dalam tindakan. Kata logis yang dipergunakan tersebut bisa juga
diartikan dengan masuk akal.
Nama
‘logika’ untuk pertama kali muncul pada filsuf Cicero (abad ke-1 sebelum
masehi), tetapi masih dalam arti ‘seni berdebat’. Alexander Aphrodisias
(sekitar permulaan abad ke-3 sesudah masehi) adalah orang yang pertama kali
menggunakan kata ‘logika’ dalam arti ilmu yang menyelidiki lurus tidaknya
pemikiran kita.
Macam-macam logika:
a. Logika
alamiah adalah kinerja akal budi manusia yang berpikir secara tepat dan lurus sebelum
dipengaruhi oleh keinginan-keinginan dan kecenderungan-kecenderungan yang
subyektif. Kemampuan logika alamiah manusia ada sejak lahir.
b. Logika
ilmiah memperhalus, mempertajam pikiran serta akal budi. Logika ilmiah menjadi
ilmu khusus yang merumuskan azas-azas yang harus ditepati dalam setiap
pemikiran. Berkat pertolongan logika ilmiah inilah akal budi dapat bekerja
dengan lebih tepat, lebih teliti, lebih mudah dan lebih aman. Logika ilmiah
dimaksudkan untuk menghindarkan kesesatan atau, paling tidak, dikurangi.
Cara-cara
berfikir logis dalam rangka mendapatkan pengetahuan baru yang benar:
a. Penalaran
deduktif (rasionalisme)
Penalaran
Deduktif adalah cara berfikir yang bertolak dari pernyataan yang bersifat umum
untuk menarik kesimpulan yang bersifat khusus, dengan demikian kegiatan
berfikir yang berlawanan dengan induksi Penalaran deduktif merupakan salah satu
cara berpikir logis dan analitis, berkat pengamatan yang semakain sestimatis
dan kritis, serta makin bertambahnya pengetahuan yang diperoleh, lambar laun
manusia berusaha menjawad masalah dengan cara rasional dengan meninggalkan cara
irasional atau mitos. Pemecahan secara rasional berarti menggunakan rasio (daya
pikir) dalam usaha memperoleh pengetahuan yang benar. Faham yang mendasarkan
rasio untuk memperoleh kebenaran itu disebut faham rasionalisme. Dalam menyusun
pengetahuan kaum rasionalis sering menggunakan penalaran deduktif.
b. Penalaran
induktif (empirisme)
Penalaran
induktif adalah cara berfikir untuk menarik kesimpulan yang bersifat umum
dari pengamatan atas gejala-gejala yang bersifat khusus. Penalaran ini diawali
dari kenyataan-kenyataan yang bersifat khusus dan terbatas lalu diakhiri dengan
pernyataan yang bersifat umum. Misalnya; dari pengamatan atas logam besi,
tembaga, alumunium dan sebagainya, jika dipanaskan akan mengembang (bertambah
panjang) dari sini dapat disimpulkan secara umum bahwa semua logam jika
dipanaskan akan bertambah panjang.
c. Analogi
Analogi
adalah cara berfikir dengan cara membuktikan dengan hal yang serupa dan sudah
diketahui sebelumnya. Disini penyimpulan dilakukan secara tidak langsung,
tetapi dicari suatu media atau penghubung yang mempunyai persamaan dan
keserupaan dengan apa yang akan dibuktikan.
d. Komparasi
Komparasi adalah
cara berfikir dengan cara membandingkan dengan sesuatu yang mempunyai kesamaan
apa yang dipikirkan. Dasar pemikiran ini sama dengan analogi yaitu tidak
langsung, tetapi penekanan pemikirannya ditujukan pada kesepadanan bukan pada
perbedaannya.
e. Kegunaan
logika
1) Membantu
setiap orang yang mempelajari logika untuk berpikir secara rasional, kritis,
lurus, tetap, tertib, metodis dan koheren.
2) Meningkatkan
kemampuan berpikir secara abstrak, cermat, dan objektif.
3) Menambah
kecerdasan dan meningkatkan kemampuan berpikir secara tajam dan mandiri.
4) Memaksa
dan mendorong orang untuk berpikir sendiri dengan menggunakan asas-asas
sistematis
Tidak ada komentar:
Posting Komentar