Jumat, 23 Desember 2016

METODE FILSAFAT

METODE FILSAFAT
Tidak sedikit para pakar mengatakan bahwa filsafat adalah upaya pencarian kebenaran dan pemcerahan. Dari berbagai pencarian itu, dapat dilihat berbagai metode yang telah digunakan oleh para filsuf guna mendapatkan kebenaran dan pencerahan tersebut.
Adapun berbagai metode itu setidaknya adalah seperti “metode kritis” (seperti pada Socrates, plato), “metode intuitif” (seperti pada Plotinus, Hendry Bergson), “metode skolastik” (seperti pada Thomas Aquinas), “metode geometri” (seperti pada Rene Descartes), “metode empiris” (seperti pada francis Bacon, David Hume), “metode transcendental” (seperti pada Immanuel Kant), “metode dialektis” (seperti pada Hegel), “metode fenomenologi” (seperti pada Husserl) dan “metode analisis Bahasa” (seperti pada Wittgenstein) (Bakker, 1984).
Disamping metode-metode yang disebutkan itu, tentu masih ada metode yang lain seperti metode strukturalis, dekonstruksi, post-strukturalis, semiotika, analisis wacana, dan lain-lain. Metode-metode ini juga digunakan bukan semata dalam penelitian filsafat akan tetapi juga pada ilmu-ilmu khusus lainnya.
Filsafat memerlukan bermacam metode (hermeneutika, dialektika, fenomenologi, semiotika, dan lain-lain) lantaran filsafat bertugas “menerjemahkan” atau menginterpretasikan semua bentuk pengalaman manusia. Namun, tentu saja filsafat tidak Cuma bersifat empiris, Karena (jika dimungkinkan) filsafat berupaya menemukan gambaran koheran perihal berbagai pengalaman itu sendiri. Filsafat ilmu pengetahuan, sebagai salah satu misalnya, berupaya untuk bersifat kritis terhadap semua bentuk pemikiran serta asumsi-asumsi yang mendasari pemikiran atau metode yang digunakan. Meskipun filsafat tidak begitu akrab dalam menggunakan metode eksperimen-matematis (postivisme), namun pembahasan tentang logika dan metodologi (berbagai macam metode yang digunakan dalam ilmu pengetahuan) adalah bidang yang berada dibawah payung filsafat (khususnya epistemology). Metode penelitian sekarang begitu berkembang luar biasa, hal ini terlihat dari fakta bahwa masing-masing ilmu pengetahuan, seperti: sastra, linguistik, sejarah, biologis, seni, ilmu alam telah berhasil mengembangkan metodenya sendiri, sehingga segenap metode-metode itu tidak mungkin dikuasai oleh seseorang kendatipun oleh seorang professor metodologi sekalipun.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar