NATURALISME
DALAM FILSAFAT
A. Naturalisme Dalam Filsafat
Naturalisme merupakan teori yang
menerima “nature” (alam) sebagai keseluruhan realitas. Istilah “nature” telah
dipakai dalam filsafat dengan bermacam-macam arti, mulai dari dunia fisik yang
dapat dilihat oleh manusia, sampai kepada sistem total dari fenomena ruang dan
waktu. Natura adalah dunia yang diungkapkan kepada kita oleh sains alam.
Istilah naturalisme adalah sebaliknya dari istilah supernaturalisme yang
mengandung pandangan dualistik terhadap alam dengan adanya kekuatan yang ada
(wujud) di atas atau di luar alam (Harold H. Titus e.al. 1984)
Materialisme adalah suatu istilah
yang sempit dari dan merupakan bentuk dari naturalisme yang lebih terbatas.
Namun demikian aliran ini pada akhirnya lebih populer daripada induknya,
naturalisme, karena pada akhirnya menjadi ideologi utama pada negara-negara
sosialis seperti Uni Soviet (kini Rusia) dan Republik Rakyat Cina (RRC).
Materialisme umumnya mengatakan bahwa di dunia ini tidak ada kecuali materi,
atau bahwa nature (alam) dan dunia fisik adalah satu.
Materialisme dapat diberikan definisi
dengan beberapa cara. Di antaranya, pertama: Materialisme adalah teori yang
mengatakan bahwa atom materi yang berada sendiri dan bergerak merupakan
unsur-unsur yang membentuk alam, dan bahwa akal dan kesadaran (consiousness)
termasuk di dalamnya. Segala proses fisikal merupakan mode materi tersebut dan
dapat disederhanakan menjadi unsur-unsur fisik.
Kedua, definisi tersebut mempunyai
implikasi yang sama, walaupun condong untuk menyajikan bentuk matarialisme yang
lebih tradisional. Belakangan, doktrin tersebut dijadikan sebagai “energism”
yang mengembalikan segala sesuatu kepada bentuk energi, atau sebagai suatu
bentuk dari “positivisme” yang memberi tekanan untuk sains dan mengingkari
hal-hal seperti ultimate nature of reality (realitas yang paling tinggi).
Inilah yang pada akhirnya mereka ragu-ragu apakah tuhan benar-benar ada atau
tidak, yang jelas mereka tidak mampu menjangkaunya. Bahkan sebagian mengingkari
sama sekali sehingga menjadi atheis.
Democritus adalah seorang filosof
Yunani Kuno yang hidup sekitar tahun 460-370 SM. Ia adalah atomis pertama,
materialis pertama dan perintis sains mekanik. Ketika ditanya, “Alam ini dibuat
dari apa?” atau “Apakah yang riil itu” ia menjawab, “Alam terdiri dari dua
bagian. Pertama adalah atom, bagian yang sangat kecil sekali dan tak terbatas
jumlahnya, mempunyai kualitas yang sama, tetapi mengandung perbedaan yang
bemacam-macang tentang besar dan bentuknya. Kedua adalah ruang kosong di mana
atom-atom tersebut bergerak.
Atom adalah terlalu kecil untuk
dilihat mata, dan tak dapat rusak. Atom menggabungkan diri berkombinasi dengan
cara bermacam-macam membentuk manusia, binatang, tanam-tanaman, batu-batuan dan
sebagainya. Jika atom itu dalam jumlah yang sangat besar bertabrakan serta
terpental ke berbagai jurusan, timbullah bermacam-macam benda. Atom ini bersama
gerakan-gerakannya di angkasa merupakan penjelasan tentang fenomena-fenomena.
Democritus merupakan seorang rasionalis yang mengatakan bahwa akal itu tahu benda-benda
yang benar. Persepsi indra hanya memberi pengetahuan yang relatif. Materialisme
moderen mengatakan bahwa alam (universe) merupakan kesatuan material yang tak
terbatas; alam termasuk di dalamnya segala materi dan energi (gerak atau
tenaga) selalu ada dan akan tetap ada. Dan bahwa alam (world) adalah realitas
yang keras, dapat disentuh, material, objektif, yang dapat diketahui oleh
manusia. Materialisme moden mengatakan, materi ada sebelum jiwa (mind), dan
dunia material adalah yang pertama. Sedangkan pemikiran tentang dunia ini
adalah nomor dua. Kelompok materialis, sebagaimana kelompok aliran-aliran
lainnya tidak sepakat atas segala persoalan, atau tidak berpegang seluruhnya
kepada persoalan-persoalan tersebut di atas. Dalam dunia sekarang, materialisme
dapat mengambil salah satu dari dua bentuk, satu mekanisme atau materialisme
mekanik (mechanistic materialism) dengan tekanan pada sains alam; dan kedua
materialisme dialektik (dialectical materialsm) yang merupakan filsafat resmi
Rusia, Cina, dan kelompok-kelompok komunis lainnya di seluruh dunia.
Materialisme mekanik mempunyai daya tarik yang sangat besar oleh karena
kesederhanaannya. Dengan menerima pendekatan itu, seseorang merasa telah dapat
membebaskan diri dari problema-problema yang membingungkan yang selama
beabad-abad. Apa yang riil (benar, sungguh-sungguh ada) dalam manusia adalah
badannya, dan ukuran kebenaran atau realitas adalah sentuhan penglihatan dan
suara, yakni alat-alat verifikasi eksperimental. (Juhaya S. Pradja, 1987)
Banyak ahli pikir berpendapat bahwa
jika sains dapat menjelaskan segala sesuatu dengan sebab mekanik saja,
akibatnya tak ada alasan untuk percaya kepada Allah dan tujuan dari alam. Hukum
yang sama berlaku bagi manusia, binatang-binatang yang rendah dan planet. Kesadaran
pikiran adalah hasil dari perubahan-perubahan dalam otak atau syaraf. Alam
diatur dengan hukum fisik materi, walaupun hal itu menyangkut proses yang
sangat kompleks dan halus dari akal manusia. Hidup hanya merupakan proses
fisiologi dan hanya mempunyai arti fisiologi. Banyak sekali ahli filsafat,
humanis, idealis, pragmatis, dan lain-lain mengatakan bahwa materialisme
mekanik tidak menjelaskan seluruh problem. Kebanyakan orang mengakui bahwa
terdapat sistem di dunia yang dapat dijelaskan dengan secara mekanik dengan
sebaik-baiknya, dan hanya sedikit orang yang mempersoalkan nilai pemakaian
interprestasi mekanik di bidang di mana interpretasi tersebut membantu
pemahaman kita. Tapi banyak orang menyangsikan prinsip-prinsip mekanik untuk
memberikan dasar yang memuaskan bagi penjelasan segala bahwa materialisme
adalah suatu contoh dari reductive fallacy yang terjadi jika situasi yang
kompleks atau suatu keseluruhan yang sederhana. Contohnya, ketika seorang
materialis mengatakan bahwa akal itu adalah sekadar bentuk dari materi, para
kritikus mengatakan bahwa ia melakukan suatu kesalahan yaitu reduction yang
kasar.
B. Naturalisme dalam Filsafat Pendidikan
Naturalisme dalam filsafat pendidikan
mengajarkan bahwa guru paling alamiah dari seorang anak adalah kedua orang
tuanya. Oleh karena itu, pendidikan bagi naturalis dimulai jauh hari sebelum
anak lahir, yakni sejak kedua orang tuanya memilih jodohnya. Tokoh filsafat
pendidikan naturalisme adalah John Dewey, disusul oleh Morgan Cohen yang banyak
mengkritik karya-karya Dewey. Baru kemudian muncul tokoh-tokoh seperti Herman
Harrell Horne, dan Herbert Spencer yang menulis buku berjudul Education:
Intelectual, Moral, and Physical. Herbert menyatakan bahwa sekolah merupakan
dasar dalam keberadaan naturalisme. Sebab, belajar merupakan sesuatu yang
natural, oleh karena itu fakta bahwa hal itu memerlukan pengajaran juga
merupakan sesuatu yang natural juga. Paham naturalisme memandang guru tidak
mengajar subjek, melainkan mengajar murid. Terdapat lima tujuan pendidikan
paham naturalisme yang sangat terkenal yang diperkenalkan Herbert Spencer
melalui esai-esainya yang terkenal berjudul “Ilmu Pengetahuan Apa yang Paling
Berharga?”. Kelima tujuan itu adalah:
1.
Pemeliharaan diri
2.
Mengamankan kebutuhan hidup
3.
Meningkatkan anak didik
4.
Memelihara hubungan sosial dan politik
5.
Menikmati waktu luang.
Spencer juga menjelaskan enam prinsip
dalam proses pendidikan beraliran naturalisme. Delapan prinsip tersebut adalah:
1.
Pendidikan harus menyesuaikan diri dengan alam
2.
Proses pendidikan harus menyenangkan bagi anak didik
3.
Pendidikan harus berdasarkan spontanitas dari aktivitas
anak
4.
Memperbanyak imlu pengetahuan merupakan bagian penting
dalam pendidikan
5.
Pendidikan dimaksudkan untuk membantu perkembangan
fisik, sekaligus otak
6.
Praktik mengajar adalah seni menunda
7.
Metode instruksi dalam mendidik menggunakan cara
induktif
8.
Hukuman dijatuhkan sebagai konsekuensi alam akibat
melakukan kesalahan. Kalaupun dilakukan hukuman, hal itu harus dilakukan secara
simpatik. (J. Donald Butler:tt)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar