KARAKTERISTIK
BERPIKIR FILSAFAT
1. Sifat
menyeluruh berpikir filsafat
Seorang yang berfilsafat dapat diumpamakan
sebagai seseorang yang berpijak dibumi sedang tengadah ke bintang-bintang. Atau
seseorang yang sedang berdiri di punjak tinggi, memandang ke ngarai dan lembah
dibawahnya. Masing-masing ingin mengetahui hakikat dirinya atau menyimak
kehadirannya dalam kesemestaan alam yang ditatapnya.
Seorang ilmuan tidak akan pernah puas
mengenal ilmu hanya dari sisi pandang ilmu itu sendiri. Dia ingin melihat
hakikat ilmu dalam konstelasi pengetahuan lainnya. Apa kaitan ilmu dengan
moral, dengan agama, dan apakah ilmu itu membawa kebahagiaan kepada dirinya.
2. Sifat
mendasar berpikir filsafat
Selain tengadah ke
bintang-bintang, orang yang berpikir filsafat juga membongkar tempat berpijak
secara fundamental. Dia tidak lagi percaya begitu saja bahwa ilmu itu benar.
Mengapa ilmu dapat disebut benar? Bagaimana proses penilaian berdasarkan
kriteria tersebut dilakukan? Lalu benar itu apa? Pertanyaan itu melingkar sebagai
sebuah lingkaran, yang untuk menyusunnya. Harus dimulai dari sebuah titik,
sebagai awal sekaligus sebagai akhir. Lalu bagaimana menentukan titik awal yang
benar?.
3. Sifat
spekuatif berpikir filsafat
Tidaklah mungkin manusia
menangguk pengetahuan secara keseluruhan, bahkan manusia tidak yakin pada titik
awal yang menjadi jangkar pemikiran yang mendasar. Ini hanya sebuah spekulasi.
Menyusun sebuah lingkaran memang harus dimulai dari sebuah titik, bagaimanapun
spekulatifnya. Yang penting, dalam prosesnya nanti, dalam analisis maupun
pembuktiannya, manusia harus dapat memisahkan spekulasi mana yang paling dapat
diandalkan. Tugas utama filsafat adalah menetapkan dasar-dasar yang dapat
diandalkan. Apakah yang disebut logis? Apakah yang disebut benar? Apakah yang disebut
salah? Apakah alam ini teratur atau kacau? Apakah hidup ini ada tujuannya?.
Semua pengetahuan yang ada, dimulai
dari spekulasi. Dari selangkaian spekulasi dapat dipilih buah pikiran yang
paling dapat diandalkan yang merupakan titik awal dari penjelajahan
pengetahuan. Tanpa menerapkan kriterian tentang apa yang disebut benar maka
tidak mungkin pengetahuan lain berkembang atas dasar kebenaran. Tanpa
menetapkan apa yang disebut baik dan buruk, tidak mungkin bicara tentang moral.
Tanpa wawasan apa yang disebut indah atau jelek, tidak mungkin berbicara
tentang kesenian.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar