Kepastia
dan Kebenaran Ilmiah
A.
Sifat-sifat kebenaran ilmiah
Terdapat tiga sifat dasar kebenaran
ilmiah
1. Struktur
kebenaran ilmiah bersifat rasional-logis (berdasarkan kesimpulan yang
logis-rasional dari premis-premis tertentu). Karena itu bersifat rasional, maka
semua orang rasional dapt menggunakan akal budinya secara baik dan memahami
kebenaran ilmiah ini. Sebab itu ia bersifat universal. Sifat rasional harus
dibedakan dari ‘masuk akal’ (reasonableness). Sifat rasional berlaku untuk
kebenaran ilmiah. ‘masuk akal’ berlaku terutama bagi kebenaran tertentu yang
berada diluar lingkup ilmu pengetahuan. Misalnya sikap marah atau menangis
dapat masuk akal walau tidak rasional.
2. Isi
empiris: kebenaran ilmiah perlu diuji dengan kenyataan yang ada (empiris).
3. Sifat
pragmatism au menggabungkan dua sifat kebenaran di atas. Pernyataan itu logis
dan empiris, maka harus juga berguna dalam hidup manusia dalam memecahkan
permasalahan.
B.
Kepastian dan kebenaran
Dalam
diskusi tentang macam-macam teori kebenaran pertanyaa yang muncul ialah apakah
kebenaran ilmiah bersifat pasti atau sementara? Jawaban atas pertanyaan ini
memunculkan dua pandangan berbeda, yaitu pandangan kaum rasionalis yang
menekankan kebenaran logis-rasional dan pandangan kaum empiris yang menekankan kebenaran
empiris. Karena itu kita harus berbicara tentang taraf-taraf kepastian
(subyektivitas dan obyektivitas).
Pemakaian
istilah S dan O sudah dibicarakan, demikian pula pengetahuan yang dimengerti
sebagai kesadaran si subyek tentang obyek yang dikenalnya. Di sana terang
terjadi pada pihak subyek (yang dapat membedakan obyek dan dirinya) dan dari
pihak obyek yang seolah membuka diri kepada S. terang justru terjadi dalam diri
S (bdk. Kant dengan pengetahuan apiori-sintesis).
Dari
sudut pengetahuan kita mengenal apa yang disebut evidensi dan kepastian. Dalam
hubungan S dan O, evidensi terletak pada pihak objek. Sedangkan kepastian ada
pada pihak subjek. Evidensi adalah terang atau daya objek yang menampakan diri,
sedangkan kepastian adalah keyakinan dalam diri subyek bahwa apa yang
dikenalnya sungguh adalah obyek yang ingin diketahuinya. Kepastian berkaitan
dengan subyek (rasionalis). Kaum rasionalis yakni bahwa kebenaran sebagai
keteguhan bersifat pasti, Karena kesimpulannya hanyalah merupakan konsekuensi logis dari teori,
pernyataan atau hukum ilmiah lainnya. Sebab itu sejauh teori atau hukum benar,
kesimpulannya juga benar.
C.
Taraf kepastia ilmu empiris dan ilmu
eksakta
Dalam
kaitan dengan kepastian sering kita mengatakan bahwa sesuatu hanya dapat
ditempatkan dalam “barangkali” atau “mungkin”. Istilah ini digunakan para
ilmuan untuk menunjuk pada suatu yang dalam gejala pengetahuan terletak pada
pihak objek. Untuk mengatasi kesulitan ini kita diperkenalkan dengan istilah
“kepercayaan” (credibility).
Kepercayaan
adalah ciri khas hipotesis ilmiah. Hipotesis ini justru ada pada pihak subjek.
Kepercayaan hipotesis bisa lemah, bisa kuat, tetapi ini tergantung pada mutu
dan jumlah data empris yang dapat diterangkan. Bila data empiris ini dirumuskan
dalam serangkayan pernyataan ilmiah P, maka kepercayaan P dari hipotesis
Htertentu (p (H,P) dapat diberi nilai kuantitatif antara 0 dan 1. 0 berarti
tidak ada kepercayaan (kalah atau hipotesis yang tidak bisa diperiksa secara
empiris). Angka 1 adalah kuat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar