Selasa, 20 Desember 2016

Kepastia dan Kebenaran Ilmiah

Kepastia dan Kebenaran Ilmiah
A.    Sifat-sifat kebenaran ilmiah
            Terdapat tiga sifat dasar kebenaran ilmiah
1.      Struktur kebenaran ilmiah bersifat rasional-logis (berdasarkan kesimpulan yang logis-rasional dari premis-premis tertentu). Karena itu bersifat rasional, maka semua orang rasional dapt menggunakan akal budinya secara baik dan memahami kebenaran ilmiah ini. Sebab itu ia bersifat universal. Sifat rasional harus dibedakan dari ‘masuk akal’ (reasonableness). Sifat rasional berlaku untuk kebenaran ilmiah. ‘masuk akal’ berlaku terutama bagi kebenaran tertentu yang berada diluar lingkup ilmu pengetahuan. Misalnya sikap marah atau menangis dapat masuk akal walau tidak rasional.
2.      Isi empiris: kebenaran ilmiah perlu diuji dengan kenyataan yang ada (empiris).
3.      Sifat pragmatism au menggabungkan dua sifat kebenaran di atas. Pernyataan itu logis dan empiris, maka harus juga berguna dalam hidup manusia dalam memecahkan permasalahan.
B.     Kepastian dan kebenaran
Dalam diskusi tentang macam-macam teori kebenaran pertanyaa yang muncul ialah apakah kebenaran ilmiah bersifat pasti atau sementara? Jawaban atas pertanyaan ini memunculkan dua pandangan berbeda, yaitu pandangan kaum rasionalis yang menekankan kebenaran logis-rasional dan pandangan kaum empiris yang menekankan kebenaran empiris. Karena itu kita harus berbicara tentang taraf-taraf kepastian (subyektivitas dan obyektivitas).
Pemakaian istilah S dan O sudah dibicarakan, demikian pula pengetahuan yang dimengerti sebagai kesadaran si subyek tentang obyek yang dikenalnya. Di sana terang terjadi pada pihak subyek (yang dapat membedakan obyek dan dirinya) dan dari pihak obyek yang seolah membuka diri kepada S. terang justru terjadi dalam diri S (bdk. Kant dengan pengetahuan apiori-sintesis).
Dari sudut pengetahuan kita mengenal apa yang disebut evidensi dan kepastian. Dalam hubungan S dan O, evidensi terletak pada pihak objek. Sedangkan kepastian ada pada pihak subjek. Evidensi adalah terang atau daya objek yang menampakan diri, sedangkan kepastian adalah keyakinan dalam diri subyek bahwa apa yang dikenalnya sungguh adalah obyek yang ingin diketahuinya. Kepastian berkaitan dengan subyek (rasionalis). Kaum rasionalis yakni bahwa kebenaran sebagai keteguhan bersifat pasti, Karena kesimpulannya hanyalah  merupakan konsekuensi logis dari teori, pernyataan atau hukum ilmiah lainnya. Sebab itu sejauh teori atau hukum benar, kesimpulannya juga benar.
C.     Taraf kepastia ilmu empiris dan ilmu eksakta
Dalam kaitan dengan kepastian sering kita mengatakan bahwa sesuatu hanya dapat ditempatkan dalam “barangkali” atau “mungkin”. Istilah ini digunakan para ilmuan untuk menunjuk pada suatu yang dalam gejala pengetahuan terletak pada pihak objek. Untuk mengatasi kesulitan ini kita diperkenalkan dengan istilah “kepercayaan” (credibility).
Kepercayaan adalah ciri khas hipotesis ilmiah. Hipotesis ini justru ada pada pihak subjek. Kepercayaan hipotesis bisa lemah, bisa kuat, tetapi ini tergantung pada mutu dan jumlah data empris yang dapat diterangkan. Bila data empiris ini dirumuskan dalam serangkayan pernyataan ilmiah P, maka kepercayaan P dari hipotesis Htertentu (p (H,P) dapat diberi nilai kuantitatif antara 0 dan 1. 0 berarti tidak ada kepercayaan (kalah atau hipotesis yang tidak bisa diperiksa secara empiris). Angka 1 adalah kuat.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar