Selasa, 20 Desember 2016

Kepercayaan Dan Harapan

Kepercayaan Dan Harapan
A.       Kepercayaan
Mendasarkan diri pada cinta, kerendahan hati dan keyakinan, maka dialog akan menjadi sebuah bentuk hubungan horizontal dimana sikap saling memercayai diantara pelakunya merupakan konsekuensi logis (Freire, 1970:82). Kepercayaan merupakan sebuah manifestasi dari adanya cinta, kerendahan hati dan keyakinan. Kepercayaan merupakan buah dari ketulusan hati para pelaku dialog yang ditujukan pada tujuan yang murni dan konkret demi upaya pembebasan kaum tertindas. Hubungan dialogis adalah hubungan yang terbuka dan tanpa manipulasi, ketidaksesuaian antara perkataan dan tindakan akan memudarkan kepercayaan antara pelaku dialog, dan dialog yang murni tidak akan terjadi. Membangun kepercayaan antara guru dan murid adalah sebuah keniscayaan pendidikan yang humanis dan dialogis. Melalui ketulusan hati seorang guru, ia membangun hubungan dialogis dengan muridnya, membantu muridnya berkembangan, komunikasi dibangun dengan rasa cinta dan rendah hati serta percaya pada potensi anak didik. Terkait dengan itu, maka muridpun bersikap demikian, ia akan mencintai gurunya, yakin akan setiap bimbingannya, dan percaya padanya. Iklim kelas yang penuh cinta dan kepercayaan antara satu sama lain merupana wujud pendidikan yang dialogis.

B.        Harapan
Dialog merupakan laku pada subjek yang mencintai kehidupan, kehidupan yang mengharapkan perubahan-perubahan yang lebih baik. Harapan berakar dalam ketidaksempurnaan manusia, dari sini harapan bergerak dengan pencarian terus-menerus, sebuah pencarian yang hanya dapat dilaksanakan melalui berdialog dengan orang lain. Harapan bukan berarti berpangku tangan, meembantu dan pasrah menunggu. Harapan adalah generator manusia untuk bergerak, berjuang, berlari dan mengudara dalam setiap laku eksistensinya di dunia. Dialog merupakan lau penciptaan dunia yang dilakukan oleh subjek (manusia) yang mencintai kehidupan, sesame manusia, dan didunianya. Laku penciptaan harus diiringi dengan harapan, agar perjuangan untuk menggempur segala bentuk penindasan tidak berjuang sia-sia. Manusia dialogis memiliki harapan, daya juang, daya cipta, dan daya transformative. Tanpa harapn, manusia cenderung membisu, melemah, tnggelam, bahkan lari dari kenyataan.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar