Kepercayaan
Dan Harapan
A.
Kepercayaan
Mendasarkan diri pada
cinta, kerendahan hati dan keyakinan, maka dialog akan menjadi sebuah bentuk
hubungan horizontal dimana sikap saling memercayai diantara pelakunya merupakan
konsekuensi logis (Freire, 1970:82). Kepercayaan merupakan sebuah manifestasi
dari adanya cinta, kerendahan hati dan keyakinan. Kepercayaan merupakan buah
dari ketulusan hati para pelaku dialog yang ditujukan pada tujuan yang murni
dan konkret demi upaya pembebasan kaum tertindas. Hubungan dialogis adalah
hubungan yang terbuka dan tanpa manipulasi, ketidaksesuaian antara perkataan
dan tindakan akan memudarkan kepercayaan antara pelaku dialog, dan dialog yang
murni tidak akan terjadi. Membangun kepercayaan antara guru dan murid adalah
sebuah keniscayaan pendidikan yang humanis dan dialogis. Melalui ketulusan hati
seorang guru, ia membangun hubungan dialogis dengan muridnya, membantu muridnya
berkembangan, komunikasi dibangun dengan rasa cinta dan rendah hati serta
percaya pada potensi anak didik. Terkait dengan itu, maka muridpun bersikap
demikian, ia akan mencintai gurunya, yakin akan setiap bimbingannya, dan
percaya padanya. Iklim kelas yang penuh cinta dan kepercayaan antara satu sama
lain merupana wujud pendidikan yang dialogis.
B.
Harapan
Dialog
merupakan laku pada subjek yang mencintai kehidupan, kehidupan yang
mengharapkan perubahan-perubahan yang lebih baik. Harapan berakar dalam
ketidaksempurnaan manusia, dari sini harapan bergerak dengan pencarian
terus-menerus, sebuah pencarian yang hanya dapat dilaksanakan melalui berdialog
dengan orang lain. Harapan bukan berarti berpangku tangan, meembantu dan pasrah
menunggu. Harapan adalah generator manusia untuk bergerak, berjuang, berlari
dan mengudara dalam setiap laku eksistensinya di dunia. Dialog merupakan lau
penciptaan dunia yang dilakukan oleh subjek (manusia) yang mencintai kehidupan,
sesame manusia, dan didunianya. Laku penciptaan harus diiringi dengan harapan,
agar perjuangan untuk menggempur segala bentuk penindasan tidak berjuang
sia-sia. Manusia dialogis memiliki harapan, daya juang, daya cipta, dan daya
transformative. Tanpa harapn, manusia cenderung membisu, melemah, tnggelam,
bahkan lari dari kenyataan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar