Selasa, 20 Desember 2016

Karakteristik Konsep Diri Anak Usia Sekolah

Karakteristik Konsep Diri Anak Usia Sekolah
Seiring dengan pertumbuhan dan perubahan fisik, kognitif dan kemampuan sosial anak sekolah dasar juga mengalami perubahan dalam pandangan terhadap dirinya sendiri . Pada awal masuk SD, terjadi penurunan dalam konsep diri anak-anak. Hal ini mungkin disebabakan oleh tuntutan baru dalam akademik dan perubahan sosial yang muncul disekolah. SD banyak memberikan perubahan kesempatan kepada anak-anak untuk membandingkan dirinya dengan teman-temannya, sehingga penilaian dirinya secara  gradual menjadi lebih realistis. Menurut Santrock (1995), perubahan-perubahan dalam konsep diri anak selama tahun-tahun SD dapat dilihat sekurang-kurangnya dari tiga karakteristik konsep diri, yaitu:
a.       Karakteristik Internal
Berbeda dengan anak-anak prasekolah, anak usia SD lebih memahami dirinya melalui karakteristik internal daripada melalui karakteristik eksternal. Penelitian F. Abound dan S. Skerry (1983) menerumakan bahwa anak-anak kelas dua jauh lebih cenderung menyebutkan karakteristik psikologis (seperti sifat-sifat kepribadian) dalam pendefinisian diri mereka dan kurang cendrung menyebutkan karakteristik fisik (seperti warna mata atau pemilikan). Misalnya, anak usia 8 tahun mendeskripsikan drinya sebaga: ”Aku seorang yang pintar dan terkenal”. Anak usia 10 tahun berkata tentang dirinya: ”Aku cukup lumayan tidak khawatir terus menerus, Aku biasanya suka marah, tetapi sekarang aku sudah lebih baik.
b.      Karakteristik aspek-aspek sosial
Selama tahun-tahun SD, aspek-aspek sosial dari pemahaman dirinya juga meningkat. Dalam suatu investigasi, anak-anak SD seringkali menjadikan kelompok-kelompok sosial sebagai acuan dalam deskripsi mereka. Misalnya, sejumlah anak mengacu diri mereka sebagai Pramuka perempuan, sebagai seorang yang memiliki dua sahabat karib.
c.       Karakteristik perbandingan sosial

Pada tahap perkembangan ini, anak-anak cenderung membedakan diri mereka dari orang lain secara komparatif daripada secara absolut. Misalnya, anak anak usia SD tidak lagi berpikir tentang apa yang ”aku lakukan’ atau yang ”tidak aku lakukan”, tetapi cenderung berpikir tentang ”apa yang dapat aku lakukan dibandingkan dengan ”apa yang dapat dilakukan oleh orang lain”.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar