Morfologi Dan Morfem
A.
Morfologi
Morfologi
adalah cabang linguistik yang mengidentifikasi satuan-satuan dasar bahasa sebagai satuan gramatikal. Morfologi mempelajari seluk-beluk bentuk kata serta
pengaruh perubahan-perubahan bentuk kata terhadap golongan dan arti kata. Atau
dengan kata lain dapat dikatakan bahwa morfologi mempelajari seluk-beluk bentuk
kata serta fungsi perubahan-perubahan bentuk kata itu, baik fungsi gramatik
maupun fungsi semantik.
Kata
Morfologi berasal dari kata morphologie. Kata morphologie berasal dari bahasa
Yunani morphe yang digabungkan dengan logos. Morphe berarti bentuk dan dan
logos berarti ilmu. Bunyi [o] yang terdapat diantara morphed an logos ialah
bunyi yang biasa muncul diantara dua kata yang digabungkan. Jadi, berdasarkan
makna unsur-unsur pembentukannya itu, kata morfologi berarti ilmu tentang
bentuk.
Dalam
kaitannya dengan kebahasaan, yang dipelajari dalam morfologi ialah bentuk kata.
Selain itu, perubahan bentuk kata dan makna (arti) yang muncul serta perubahan
kelas kata yang disebabkan perubahan bentuk kata itu, juga menjadi objek
pembicaraan dalam morfologi. Dengan kata lain, secara struktural objek
pembicaraan dalam morfologi adalah morfem pada tingkat terendah dan kata pada
tingkat tertinggi.
Itulah
sebabnya, dikatakan bahwa morfologi adalah ilmu yang mempelajari seluk beluk
kata (struktur kata) serta pengaruh perubahan-perubahan bentuk kata terhadap
makna (arti) dan kelas kata.
B.
Morfem
Morfem
adalah suatu bentuk bahasa yang tidak mengandung bagian-bagian yang mirip
dengan bentuk lain, baik bunyi maupun maknanya. (Bloomfield, 1974: 6). Morfem
adalah unsur-unsur terkecil yang memiliki makna dalam tutur suatu bahasa
(Hookett dalam Sutawijaya, dkk.). Kalau dihubungkan dengan konsep satuan
gramatik, maka unsur yang dimaksud oleh Hockett itu, tergolong ke dalam
satuan gramatik yang paling kecil.
Morfem, dapat juga dikatakan unsur terkecil dari pembentukan kata
dan disesuaikan dengan aturan suatu bahasa. Pada bahasa Indonesia morfem dapat
berbentuk imbuhan. Misalnya kata praduga memiliki dua morfem yaitu /pra/ dan
/duga/. Kata duga merupakan
kata dasar penambahan morfem /pra/ menyebabkan perubahan arti pada kata duga.
Berdasarkan
konsep-konsep di atas di atas dapat dikatakan bahwa morfem adalah satuan
gramatik yang terkecil yang mempunyai makna, baik makna leksikal maupun makna
gramatikal.
Kata memperbesar misalnya, dapat kita potong sebagai berikut
mem–perbesar
per-besar
Jika besar
dipotong lagi, maka be- dan –sar masing-masing tidak mempunyai
makna. Bentuk seperti mem-, per-, dan
besar disebut morfem. Morfem
yang dapat berdiri sendiri, seperti besar,
dinamakan morfem bebas, sedangkan yang melekat pada bentuk lain,
seperti mem- dan per-, dinamakan morfem terikat.
Contoh memperbesar di atas
adalah satu kata yang terdiri atas tiga morfem, yakni dua morfem terikat mem- dan per- serta satu morfem bebas, besar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar